Generasi Muda Indonesia Saat Ini

 

Yayat Nurkholid Mahasiswa S1 Kehutanan dan Ilmu Lingkungan UHO Pengurus Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Faperta UHO

Pendidikan saat ini merupakan suatu hal yang sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap orang. Kerena pendidikan dapat mengarahkan seseorang untuk menjadi lebih dewasa dengan ilmu pengetahuan, melatih berbagai keterampilan, penanaman nilai yang baik serta sikap yang baik.

Umumnya keberhasilan seseorang dalam pendidikannya dapat dipengarui oleh beberapa faktor yang sangat penting. Terciptannya seorang generasi yang cerdas dan memiliki karakter kuat juga sangat tidak mudak karena harus dipersiapkan sesdini mungkin agar dapat terwujud dengan baik.

Melihat perkembangan remaja saat ini yang dengan berbagai kemajuan yang dihadapi seharusnya mereka telah memiliki peersiapan untuk menghadapinya. Terutama pada era global saat ini, remaja seharusnya sudah dapat menciptakan sesuatu tekhnologi yang dapat digunakan untuk membantu meringankan kegiatan masyarakat umum.

Sedangkan melihat kondisi pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan, banyak anak-anak dalam usia sekolah berhenti melanjutkan pendidikannya karena terhalang oleh berbagai faktor yang sulit untuk mereka atasi. Sehingga dengan kondisi seperti ini akan sulit bagi remaja indonesia untuk maju dalam era global.

Maka disinilah peran orang-orang yang sanat memiliki pengaruh besar dibutuhkan untuk membantu mereka mengatasi kesulitan yang sedang dihadapi. Dalam pelaksanaannya juga perlu adanya interaksi antara pihak-pihak yang terkait untuk membantu terlaksananya rencana yang telah dipersiapkan. Baik itu pihak dari keluarga, lingkungan sekolah, masyarakat dan Pemerintah.

Melihat fakta yang ada dilapangan mengenai pergaulan remaja saat ini dapat dibilang telah banyak melakukan pelanggaran norma yang ada di dalam masyarakat kita. Tidak sedikit remaja yang melakukan penyimpangan dalam pergaulan mereka baik di dalam keluarga maupun di lingkungan tempat mereka bergaul. Banyak faktor yang mempengaruhi rusaknya pergaulan remaja saat ini baik itu faktor dari dalam keluarga (intern) maupun faktor dari luar (ekstern).

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Komnas Perlindungan Anak bahwa remaja di 12 kota besar selama tahun 2007 diperoleh fakta bahwa 97% remaja telah melakukan tindakan di luar norma.

Generasi muda Indonesia pada saat ini telah banyak terjerumus pada dunia modernisasi dan westernisasi sehingga melupakan adat ketimuran yang kita miliki yang di kenal oleh Negara lain sebagai Negara yang menjunjung tinggi moral dan adat kesopanan tapi fakta mengatakan lain.

Generasi Indonesia saat ini mengalami krisis identitas dan korban dari gaya hidup hedonisme barat. Semakin banyak life style dari luar Negara Indonesia yang masuk semakin tidak terkandali generasi muda Indonesia saat ini.

Jika di lihat dari latar belakang, generasi- generasi muda saat ini yang korban dari budaya permisif yang tidak terikat dengan nilai dan norma bisa di pastikan di antaranya adalah kurangnya pendidikan agama dari keluarga, kurangnya perhatian, kepedulian, dan kasih sayang dari keluarga, lingkungan yang tidak mendukung, pola hidup yang terlalu bebas dan individualisme, teman sepergaulan yang menyukai kehidupan bebas, dan rapuhnya iman serta kepribadian.

Fakta yang di ambil dari beberapa sumber, sebagian generasi muda Indonesia pada saat ini sudah mengalami kerusakan akhlak, moral, dan nilai-nilai norma adat sopan ketimuran yang tidak di gunakan lagi oleh kita sendiri sebagai bangsa Indonesia, menyedihkan memang mengetahi generasi muda saat ini apabila kita lihat apa yang sudah di lakukan oleh sebagian generasi muda saat ini, sungguh miris.

Kenakalan remaja belakangan ini sangat mengkhawatirkan karena ini dapat mempengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan mereka, baik fisik maupun psikis.

Balai Pasar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan Sosial (B2P3KS). Departemen Sosial Republik Indonesia ( Depsos RI) melakukan penelitian ilmiah. Penelitian yang bertajuk “ Kehamilan Tidak Dikhendaki Pada Remaja Tahun 2007 “ ini di lakukan di sebuah kota di Pulau Jawa.

Kalangan remaja usia 10-24 thn.Bahkan mengejutkan apa yang diumumkan BKKBN. Berdasarkan survei, 63% remaja SMP dan SMA di Indonesia pernah berhubungan seks. Sebanyak 21% Di antaranya melakukan aborsi. Menurut Direktur Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi BKKBN, M Masri Muadz, data itu merupakan hasil survei oleh sebuah lembaga survai yang mengambil sampel di 33 provinsi di Indonesia pada 2008. “Perilaku seks bebas remaja saat ini sudah cukup parah.

Peranan agama dan keluarga sangat penting mengantisipasi perilaku remaja tersebut. Data BKKBN melansir, para remaja rentan risiko gangguan kesehatan seperti penyakit HIV/AIDS, penggunaan narkoba, serta penyakit lainnya. Data gaya hidup “ngesek pranikah” ini sekaligus mengkonfirmasikan data dari departemen kesehatan per September 2008. Data menyebutkan, dari 15.210 penderita AIDS atau orang yang hidup dengan HIV/AIDS 54 % adalah remaja.

Dinas Kesehatan Sulawesi Tenggara (Sultra), merilis pengidap penyakit HIV/AIDS di daerah itu mengalami peningkatan selama 2014 dibandingkan 2013. Dari data Dinas Kesehatan Sultra, di Kendari, menunjukan, penderita penyakit HIV/AIDS di daerah itu berdasarkan yang terdeteksi Dinkes Sultra periode Januari-Oktober 2014 sebanyak 158 orang. “Sementara data pengidaP HIV/AIDS semala 2013 sebanyak 103 orang. Disebutkan, kasus terbanyak ditemukan di Kota kendari sebanyak 55 kasus, kemudian Kabupaten Muna sebanyak 38 kasus, kota Baubau sebanyak 27 kasus, kemudian Kabupaten buton sebanyak 16 kasus.

Dalam kondisi seperti ini akan menyulitkan remaja untuk mendapatkan keputusan yang tepat, yang pada akhirnya mentebabkan remaja terjerumus untuk melakukan hal-hal yang dapat merusak masa depannya atu bahkan dapat merusak masa depan bangsa.

Tentunya lemahnya mutu pendidikan dan belum meratanya kesempatan remaja mendapatkan pendidikan yang layak juga menjadi sebuah permasalahan bagi bangsa ini. Hal seperti ini berkontribusi terhadap munculnya berbagai permasalahan pada remaja. Masalah ini perlu untuk diatasi agar tidak menyebabkan kemandulan dalam bangsa karena masa depan bangsa tergantung pada generasi muda.

Pemerintah memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan anak-anak Indonesia, utamanya mulai dari ketersediaan sarana dan prasarana minimal berupa gedung sekolah yang layak, hingga sampai ketersediaan berbagai fasilitas pendukung pendidikan lainnya. Selain ketersediaan sarana dan prasarana fisik dan berbagai fasilitas pendukung pendidikan lainnya yang masih terbatas dan belum menjangkau seluruh wilayh Indonesia, kurikulum pendidikan dasarpun menjadi masalah.

Pemerintah harus menyadari bahwa anak-anak merupakan investasi masa depan sebuah bangsa. Merekalah yang kelak akan mengisi ruang-ruang proses berbangsa dan bernegara. Wajar jika banyak orang menyerukan bahwa anak adalh bibit-bibityang harus diperhatikan dan dirawat dengan baik, karena merekalah pewaris masa depan dan harapan bangsa. Namun harapan itu masih membentur tembok yang sangat besar.

Masih banyak ditemukan anak-anak kurang mampu harus berhenti sekolah karena tidak memiliki biaya. Sering dijumpai pula ank-anak harus dipaksa mengemis, melakukan tindak kriminal, terlantar karena ketimpangan ekonomi, dan tidak jarang pula anak-anak mengalami kekerasan fisik. Anak-anak Indonesia harusnya berada dirumah, belajar dengan baik dan menikmati tugas-tugas bagi tubuh kembang mereka.

 

Penulis :  Yayat Nurkholid

Mahasiswa S1 Kehutanan dan Ilmu Lingkungan UHO

Pengurus Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Faperta UHO